Gara Gara Nadzar Di Masa Lalu

"Tidak ada sesuatu yang tidak mungkin". Ya, kata-kata itu seolah begitu nyata. Nyatanya memang benar adanya. Hal itu tergambar begitu jelas dalam kisah ini. Mungkin dari kisah ini dapat menjadi motivasi dan inspirasi.

Saya tinggal di sebuah desa kecil bersama keluarga kecil saya. Tepatnya di desa Mejono Kec. Plemahan, Kab. Kediri, Jawa timur. Desa yang saya tinggali sangat dekat dari fasilitas umum, seperti POM bensin, jalan raya, pusat kesehatan dan lain sebagainya. Tapi cerita di masa lalu, desa ini tidak semaju saat ini. Tersimpan banyak kisah tentang orang-orang putus asa dan patah arang di tempat ini.

Sekitar tahun 1968, desa ini begitu tertinggal. Jangankan fasilitas umum, Jalan raya, listrik saja belum ada. Tanah yang basah dan becek, masyarakat yang miskin, petani. Petani sara, seolah harus berjuang tak tentu arah. Jauh dari modernisasi membuat mereka kesulitan untuk memaknai hidup. Bahkan diantara mereka rela melakukan apa saja untuk mendapatkan sesuap nasi.

Suatu waktu bapak dan sahabatnya, di masa mudanya sedang berjalan-jalan di waktu malam. Entah apa yang mereka lakukan kala itu. Pemuda di masa lalu menghibur diri hanya dengan jalan-jalan diwaktu malam dengan ditemani obor sebagai penerang, atau sekedar pergi ke surau untuk mengikuti acara-acara keagamaan di desa terpencil ini. Waktu itu teman bapak berkata "Lama-lama aku bosan dengan tempat ini." dengan putus asa dan melihat kanan kiri jalan yang berlubang.
"Memang kenapa?, ini kan tempat kelahiranmu." tanya bapak heran.
"Desa ini menyiksa, mau makan tak ada yang dimakan, padahal kerja terus. Tak ada hiburan, tidak ada apa-apa di sini." Jawabnya.
"Terus?" tanya bapak lagi.
"Ya capek, sekolah aja jauh, Jalan kaki. itupun hanya tingkat SD. Sumpek aku!"
"Lha rencanamu apa?" begitu sahut bapak.
"Aku putuskan, setelah ini aku pergi sajalah ke kota. Entah ikut orang atau apa, bekerja atau lanjut sekolah. Intinya aku nggak mau begini terus."
"Bagaimana dengan tuamu, adik-adikmu, aku?"
"Ya, mereka biar disini, adik-adikku juga biar mandiri to, kalau kamu mau ikut ya ayo!"
"Tidak lah! Ibuku sendiri di desa ini, makin hari ia makin tua. Aku memilih untuk menemaninya saja di sini. Siapa tau ada sedikit perubahan disini." Ujar bapak bak pasrah dengan keadaan.
"Apa? Perubahan? Apa ya mungkin, wong desa ini plosok, paling perubahannya nggak ada orang yang mau tinggal di sini. Kamu masih menggangtung harapan pada tempat ini? Yakin kamu?"
"Aku anak laki-laki, jadi tanggung jawabku menjaga ibuku, biarlah aku jalani apa saja yang ada."
"Ya sudahlah. Nanti suatu waktu kalau desa ini ada listrik dan tanah yang aku injak ini berubah menjadi aspal, aku bersedia berkeliling desa ini saat tengah malam tiba kita bakar ubi yang banyak, hehe" Ujarnya. sedikit menghibur diri.
Bapak tersenyum dan berkata "Ok! Biar nanti aku yang menjadi saksinya. hahaha.." Jawabnya juga bercanda

Semenjak sahabat kecil bapak pergi, bapak melakukan kegiatan dan aktivitasnya sendiri di desa yang sunyi senyap ini. Yang biasa ada sudah merantau ke kota. Biarpun sepi dan menderita, bapak jalani semua dengan apa adanya.

20 tahun lebih telah berlalu. Desa ini terintegrasi dengan cukup baik. Perubahan secara global terjadi di mana-mana. Begitupun dengan sahabat bapak. Orang yang dulu miskin, kurus kerontang, kelaparan dan putus asa itu kembali dengan senyum lebar. Ia dan istrinya sering berkunjung ke desa ini, anak perempuannya yang bungsu seusiaku dan bergaya luar biasa modern, cantik dan ramah sekali. Taraf kehidupan dan keluarganya meningkat. Ibunya sudah tiada. Saat itu tidak ada yang mengurus, pastilah ia sibuk. Adik-adiknya ada yang menjabat kepala desa, ada yang menjadi petani sukses dan pebisnis pula. Tapi tak ada yang berubah dari sosok bapak. Hidupnya tetap sederhana walau tak sesulit masa itu, punya seorang dan dua orang anak perempuan, aku dan mbak. Meski demikian sahabat kecil bapakku sangat baik. Bahkan ia dan keluarganya sering berkunjung ke rumah, hanya untuk mengobrol dan makan jajanan jaman dulu. Dengan mengendarai mobil AVANZA, sahabat bapak berkeliling desa untuk memperkenalkan tanah kelahirannya ini pada keluarganya. Tapi banyak hal yang ia lewatkan, banyak tempat yang ia tidak tahu.

Tepat pada tanggal 23 Februari 2013 pukul 00.00, handphoneku berdering. Langsung kuangkat dalam keadaan ngantuk yang luar biasa. Ternyata suara yang mengucap salam adalah sahabat bapak. Setelah kujawab, ia menanyakan bapak padaku.
"Bapak adakan ndok?"
"Iya, ada pak, sebentar", jawabku sambil berat membuka mata.
Kala itu kebetulan bapak ketiduran di depan Tv, dengan terpaksa kubangunkan untuk menjawab telphone dari sahabatnya.
"Ada apa telphon malam-malam?"
"Aku dari Surabaya langsung mau ke desa"
"Untuk apa malam-malam begini?"
"Untuk nadzar!"
"Nadzar? Nadzar apa?"
"Mungkin kamu lupa, biar aku jelaskan nanti"
Bapak memberi tahu ibu dan aku kalau sahabatnya akan datang malam ini. Tiba-tiba cahaya dari lampu mobil AVANZA keluaran terbaru berhenti di depan rumah. Sahabat bapak turun dari mobilnya dengan membawa sekarung ubi penuh. Aku terkejut dan reflek "Wah pak, mobil AVANZA baru kok dibuat ngangkut ubi??" tanyaku sedikit shock.
"Makanya ndok, saat muda dijaga kata-katanya kalau nggak mau mobil barumu nanti dibuat ngangkut ubi, kacang atau yang lainnya. Hehe.."
"Apa hubungannya?" tanyaku dalam hati.

Tepat pukul 01.00 dini hari. Bapak dan sahabatnya pergi entah kemana. Yang pasti aku dan ibuku kembali kedalam rumah dan tidur.

Pagi itu bapak minum teh seperti biasa dan berbincang ringan dengan ibu. "Semalam tadi bapak pergi kemana?" tanya ibu.
"Keliling kampung bu, gara-gara nadzar"
"Nadzar?"
"Iya, aku sudah lupa dengan kata-kata itu, tapi temanku itu masih ingat dengan nadzarnya 20 tahunan yang lalu" ujar bapak.
"Haduh, haduh. . .
bapak keliling desa jadinya. hehe"
"Iya bu, waktu itu temanku bilang kalau ada listrik dan aspal di desa ini maka ia akan berkeliling. Aku pikir cuma candaan, eh, ternyata ia lakukan sungguhan. Padahal aku sendiri saksinya, malah aku lupa, hehe. ."
"Bapak kan sudah tua. Apalagi nadzarnya juga sudah kadaluarsa, hehe" sahut ibuku sambil tertawa.
"Hmm, banyak yang kita bicarakan bu semalam itu, mengurai kisah di masa lalunya bersamaku di desa suram ini"
"Lanjutkan pak! aku mau dengar!" tiba-tiba aku datang dan menyambung demikian.
"Apanya yang dilanjutkan?"
"Ceritanya teman bapak. Aku pikir dia orang kaya asli dari sananya."
"Eh, ngawur. Dia sukses begitu karena kegigihan, kemauan merubah nasib dan ambisinya."
"Nah, tapi keluarga teman bapak yang di desa juga nggak ada yang mlarat? Aneh"
"Itu dia yang membuatnya heran. Dia mau sukses saja harus pergi dulu ke kota. Tapi adik-adiknya yang ditinggal, menjaga orang tuanya juga sukses di desa. Ya, nasib orangkan beda-beda jalannya pun ada dimana-mana. Nggak harus merantau ke kota to?"
Salut aku pada ke dua sosok ini. Bapakku dan sahabatnya. Memiliki sifat yang sangat berbeda dan nasib yang berbeda pula, tapi tidak ada dari mereka yang saling melupakan ataupun saling menjauhi. Cerita-cerita pahit di masa lalu terbayar begitu manis saat ini. Apa yang membuat orang yakin, maka itulah kenyataannya.

Obrolan pagi itu masih berlanjut seru, banyak hal yang ingin aku tahu soal semalam.
"Pak, Ubi itu untuk apa?"
"Dibakar" Jawab bapak singkat.
"Haa..! Dibakar? Bakar ubi sekarung penuh itu butuh api berapa banyak pak? hehe. ."
"Ubi itu bagian dari nadzar. Bagaimanapun caranya, pokoknya harus terlaksana."
"Bakar ubi kok sebanyak itu. Apa ya dimakan nanti? Orang kaya apa masih doyan sama ubi to pak, pak?" tanya ibu bercanda.
"Ya masih dong bu. Dia itu, biar hidupnya berubah tapi kesehariannya tetep. Biarpun ubi, tapi ubi yang penuh nilai historis bu"
"Ah, Gaya. Bapak diajak makan ubi aja bangga. hihi. ." (aku)
"Ya bangga to, temen bapak yang kaya raya itu aja masih mau makan ubi."
"ada-ada saja to bapak ini" sahut ibu.
"hemm. Ibu belum tau. Dia dulu makanannya memang ubi, jagung karena nggak ada yang dimakan selain itu. Kalau sekarang tetep makan itu bu, kalau makan makanan yang jaman sekarang dilarang dokter. Jadi ya, sama saja to? hehe. ."
"Oalah, alah. Memang nasib. Kendaraan mobil mewah tapi makannya. tetep ubi. Hebat-hebat!"
Rasanya tidak akan cukup semua ini untuk menceritakan semuanya dari awal hingga akhir. Motivasi datang dari manasaja, hanya tergantung bagaimana kita menyikapinya. Banyak hal yang bisa aku peroleh dari cerita singkat bapak dan sahabat baiknya itu.
Biarpun semua hal telah berubah. Jarak dan waktulah yang telah memila tapi ada satu hal yang tidak bisa berubah. Yaitu "PERSAHABATAN"

Oleh : https://www.facebook.com/nikmah.enzhdiii?ref=ts&fref=ts (Nikmah Enzhdi II)

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkunjung, Silahkan mencoretkan komentar atau kritik , saran kamu yaaa...

Makasiiiihhhh ^_^