CERPEN "Rindu Abang"

Namaku adalah Guni umurku baru 11th, seorang anak laki" dari keluarga sederhana. Aku memiliki orang tua lengkap dan seorang kakak laki-laki, aku anak bungsu dari 2 bersaudara, ayahku bernama pak Jarot, nama ibuku Bu Minah, dak Abangku (panggilan sayang dariku) Guntur namanya. Kami selalu bersama saat suka maupun duka. kami juga saling memberi semangat saat salah satu dari kami dirundung kesedihan. 
Dia selalu mengajakku saat kemanapun ia pergi, "Guni, ikut abang nggak?" tanya Bang Guntur. "kemana bang?" sahutku dari dalam kamar. "ayo,.! Mau ikut nggak..?" ucap Bang Guntur sambil membuka pintu kamarku. "Lagi belajar nih Bang, " balasku. "elleh,, biasanya nggak pernah belajar, sok sok an belajar segala, ayolah" sambil menggandeng tanganku. Dengan sepeda motor yang lumayan bagus. Diwaktu malam jalanan nampak cantik, dihiasi lampu-lampu bulat disepanjang jalan, "sudah lama mataku tak melihat hal indah, ini" kataku dalam hati dengan senyuman kagum. Tak kusadari aku dan Bang Guntur telah sampai.
Ternyata aku diajak nonton Dangdutan. "wih, rame juga..!!" gumamku, "ya, iyalah rame, kalo sepi namanya kuburan" sahutnya seketika. Kutak menyadari kalau bang guntur mendengar gumamanku. Kami berjalan_jalan melihat dagangan para penjual, ada yang jual mainan, kaos dan banyak deh. Terlalu asiknya bang guntur menabrak seorang gadis. Gadis cantik berkaos kuningnya yang pas badan dengan celana pensil yang ketat. Ku perkirakan umurnya 19th, 2th lebih muda dari bang guntur "Mas. Liat" dong kalo jalan..!! Main nabrak aja," semprotan gadis itu ke bang guntur. "Sory neng nggak sengaja,. Ada yang lecet nggak neng?" jawabnya dengan memasang wajah genit. "Nggak ada..!" dengan kata ketusnya, Gadis itu langsung pergi. "hahahaha.. Kasian deh lu bang, di cuekin" kusindir bang guntur. Malam kian larut si abang mengajakku pulang "Gun, ayo pulang udah malem,!" "bentar lah bang" jawabku sambil menikmati alunan dangdut. "nanti abang di marahin bapak, lagi pula kamukan besok sekolah" ucapnya Dengan menarikku.
"Gun, guni..! Bangun nak, udah subuh" kata ibu. Ku beranjak dri tempat tidurku menuju kamar mandi. Matahari mulai nampak kami sekeluarga sarapan bersama, usai sarapan aku berangkat sekolah dengan Bapak, karena tempat kerja bapak searah dengan sekolahku. Bang guntur juga berangkat kerja.. (singkat cerita) hari mulai sore dan si abang telah pulang dengan wajah yang gembira. Ku tanya padanya "kenapa bang senyum" sendiri.?. Kaya kehabisan obat,." " ada deh, anak kecil tidak boleh tau." jawabnya dengan usil "sudah, mandi dulu sana" suruh ibu pada bang guntur. Karena keingin tauanku Setelah maghrib aku masuk ke kamar bang Guntur dan memaksanya untuk bercerita "bang cerita dong,.!" "cerita apa.?" tanya bang guntur "itu, tadi sore." jawabku "gak ah." ucapnya sambil senyum jail, "ayo lah bang cerita.! Masa sama adek sendiri maen rahasia rahasiaan..?" bujukku dengan memasang wajah manis. "iya deh. Adekku sayang " katanya sambil mengusap rambutku.. Setelah Ceritanya panjang lebar tinggi "blablabla...."

Ternyata abangku bertemu dengan gadis yang ditabraknya kemarin malam, tak kusangka setelah berpisah dengan mbak sekar, bang guntur bisa menemukan cintanya. Nama gadis itu Debbi, dengan ungkapan marahnya kemarin ia mampu mengisi hati abang ku yang sudah lama kosong. "ciiiee,.. Kayaknya ada yang Falling in love nih.. Hehe." ku sindir bang guntur "hussh, (tangannya membukam mulutku) apa sih,! Anak kecil nggak boleh ikut"an, udah belajar sana,, abang mau nglanjutin urusan abang" ucapnya malu malu dengan mendorongku keluar dari kamarnya. Aku senang kalau bang guntur sudah bisa melupakan mbak sekar. (beberapa hari kemudian) Setelah berhubungan dengan gadis itu aku merasa sifat abangku berubah, keluar malam pulang pagi, itu yang di lakukannya selama sebulan bahkan dia sampai di pecat sama bosnya karena sering bolos kerja dan hubungan persaudaraan kami juga semakin renggang, "entah apa yang merasuki abangku kin..?" suatu hari sekolah saat libur aku mencoba bertanya padanya

Yang saat itu abang sedang tidur dikamarnya kuberanikan diri untuk membuka pintu kamarnya. Aku kaget melihat kamarnya baru satu bulan lalu kulihat dinding kamarnya penuh dengan kaligrafi tapi kini bersih. "bang,, kenapa abang berubah gini?" tanyaku agak takut namun dia hanya diam, ku ulangi pertanyaanku dengan agak keras "jawab donk bang,! Kenapa abang berubah jadi kaya gini.?, apa abang nggak kasian sama bapak dan ibu.?" kuhujani bang guntur dengan pertanyaan, "haarrgh, diam kau bocah.!" jawabnya dengan kasar. Dengan suara lirih ku membujuknya "Bang, kemana abang ku guntur yang dulu?" "Keluarkau dari sini..!!" membentak ku untuk keluar dari kamarnya. Aku pun pergi meninggalkan bang guntur. Bapak mendengar percakapan kami dan langsung masuk kamar bang guntur. "Guntur apa. Apaan kamu ini,.? Setiap hari kerjaan mu begini saja.." suara bapak memarahi bang guntur, "sudah pak,. Sabar," ibu yang mencoba menenangkan bapak, " hah, peduli apa kalian?" bentak bang guntur dan langsung pergi.

Aku terduduk diam di kursi ruang tamu mendengar teriakan amarah bapak dan bang guntur, tak beberapa lama kemudian ku lihat bang guntur pergi, ku coba untuk menahannya "Bang, mau kemana,.? Jangan pergi" dengan air mata membanjiri pipiku namun bang guntur tak memperdulikanku. Sejak saat itu bang guntur tidak pernah pulang lagi, entah dimana ia tinggal.. Ku mencoba mencarinya kemana. Mana namun tidak menemukan hasil, semenjak kepergian bang guntur dari rumah hari"ku menjadi hampa, hanya merenung yang ku kerjakan. Membayangkan masa masa indah dulu bersama bang guntur. Tak jarang air mataku jatuh membasahi pipi teringat oleh Bang Guntur. . . .

Selain sekolah Hari" ku kini terisi oleh Pencarian, mencari abangku, dari menyebar poster, bertanya pada orang", apapun akan kulakukan untuk menemukan bang guntur. Itulah keseharianku Selama 5th terakhir "sudahlah guni, abangmu sudah pergi, jangan kau cari lagi,.!" kata ibu melarangku untuk mencari bang guntur. Aku tau setiap malam ibu menangis, rindu pada bang guntur, "ibu..! Guni akan mencari bang guntur sampai ketemu." ucapku meyakinkan ibu, sambil mencium tangannya, "Bu, guni berangkat sekolah dulu ya,, assalamualaikum". Seperti Sepulang sekolah sampai dirumah ganti baju, makan siang dan berangkat mencari bang guntur, "Pak pernah lihat orang d foto ini?" tanyaku dengan memperlihatkan foto bang guntur. "Maaf dek, nggak pernah lihat." jawab bapaknya "makasih pak" aku melangkah dengan rasa kecewa, hari mulai gelap, aku putuskan untuk mengakhiri pencarian hari ini. Satu minggu telah berlalu lagi, namum pencarianku belum menemukan hasil juga. Sempat ku putuskan tuk mengakhiri pencarian ini.
Namun tuhan memberiku petunjuk. Waktu istirahat sekolah sahabatku jodi memberitahukan bahwa dia tahu keberadaan bang guntur "Hey, Guni..!! Kemarin aku melihat kakakmu, di warung kalo nggak salah di jl. Sengkuni, ya jl. Sengkuni" "ha,.? Yang bener.?" tanyaku dengan wajah gembira "iya bener, mana mungkin aku salah liat,, tapi.. Kulihat kemaren kakakmu lagi mabuk"an, dan maen judi" ungkap jodi "argh, ngaco kamu,. Kakakku itu nggak pernah kayak gito" balasku tidak percaya. Aku tidak tidur terfikir oleh perkataan jodi tadi siang, "apa mungkin bang guntur sekarang seperti itu,.?" bertanya pada diriku. Pagi menjelang, hari ini sekolahku libur, "kesempatan baik untuk mencari bang guntur." ucapku dalam hati.
Usai makan pagi langsung pergi kejalan Sengkuni, setiba disana kulihat banyak warung berjejer di pinggir jalan. Ternyata jl. Sengkuni adalah pusat kumpul.a para pedagang, "haa, 8O !! Banyak banget warungnya, aduh kalo gini bisa seharian," keluhku dalam hati. Namun aku bertekad untuk mencari bang guntur "ayo guni semangat, jangan menyerah sampai disini, Semangat Guni,!" ucapku tuk menyemangati diri. Kutanyai semua penjaga warung apakah mereka pernah melihat bang guntur, sayang sudah 25 warung ku kunjungi namun hasilnya nihil. Sampai aku di warung kecil namun penuh dengan pelanggannya, dengan agak ragu kucoba untuk masuk, kuhampiri penjaga warungnya "misi mbak. tau orang ini nggak.?" tanyaku pada penjaga warung. "Ou, Guntur.?. Iya dek, guntur itu sering datang kemari" ungkap penjaga warung "sekarang dia dimana mbak?" tanyaku lagi, dengan senang. "wah, kayaknya nggak bakal kemari dia karena biasanya kalo jam segini dia udah datang (melihat sekitar)" jawab mbak penjaga warung.

"Mbak tau dimana rumahnya.?" kucoba mencari informasi dimana bang guntur tinggal. "Maaf dek, saya kurang tau" jawab si mbaknya. Lagi" kekecewaan yang kutemui, dengan hati sedih kulangkahkan kaki untuk pulang. Keesokan harinya sepulang sekolah langsung aku menuju jalan sengkuni. Diwarung yang kemarin kudapati bang Guntur disana sedang minum minuma keras dan main judi. Dalam hatiku tak percaya kalau itu bang guntur, tanpa menunggu lagi ku hampiri dia "Bang guntur.!" ku panggil dia. Dengan wajah bingung dia mencoba mengingat siapa anak yang memanggilnya., "Bang, ini aku Guni, adek mu bang,!" ku coba tuk mengingatkanya "Aargh, siapa loe.? Ngaku" adek gue, gue itu gak punya adek kayak loe. Jadi loe nggak usah ngaku" adek gue, tau loe?" ungkapnya dengan mabok, Aku terdiam sejenak, "apakah semudah ini aku terlupakan oleh abangku sendiri?" kata ku dalam hati. Setelah sadar dari lamunanku, kulihat bang guntur pergi dengan dibonceng temanya, langsung ku kejar dia dengan tukang ojek yang sedang menunggu penumpan.

 Setelah berputar putar mengejar bang guntur, aku kehilangan jejaknya, kuputuskan untuk pulang karena ibu sedang sakit dirumah, semenjak kepergian bang Guntur ibu merasa sedih dan ditinggal bapak meninggal akibat gagal ginjal dan kini kondisi ibu menurun, ibu sering sakit sakitan. "Bu. Guni berjanji, guni akan membawa pulang bang guntur" janjiku pada ibu. Untuk yang ke_3 kalinya aku mencari bang guntur di jl. Sengkuni dan hari itu aku mendapatkan alamat kontrakan Bang guntur tanpa membuang waktu aku langsung pergi ke kontrakan itu. Keberuntungan memihak padaku, bang guntur sedang ada di rumahnya, "tok, tok, tok,.! Assalamualaikum" langsung kuketok pintu kontrakannya. Namun taj ada jawaban "assalamualaikum,!" ku ulangi lagi dengan agak kencang dan berharap bang guntur mendengar salamku, "Mas, langsung masuk aja,!" pinta tetangga bang guntur. Dengan pelan dan hati degdegan "Dig, dug, dig, dug,.!" detak jantungku semakin kencang, tak sabar ingin bertemu abang tercinta.

Kubuka pintunya perlahan , kulangkahkan kaki, "Bang (melihat isi rumah), Bang guntur..! Ini Guni bang." kulihat ternyata bang guntur sedang tidur, "setelah beberapa tahun tidak bertemu, sekarang abangku berada di depanku." hatiku bahagia hingga kakiku lemas. Aku tak mau mengganggu tidurnya kuputuskan untuk menantinya bangun. Tak beberapa lama kemudian Bang guntur bangun dan terkejut melihatku "hah 8O Guni mengapa kamu di sini.? Pergi sana.!"," Bang, Guni disini ingin menjemput abang pulang, kasian Ibu bang dia sakit sakitan semenjak bapak meninggal, kini ibu sendirian dirumah, ibu rindu pada Abang" ungkapku dengan bercucuran air mata, "Guni tau, sebenernya abang juga rindukan dengan ibu..?" kucoba halangi dia untuk lari, namun ia berhasil mendorongku hingga tersungkur, dia berusaha lari, melintasi jalan raya yang ada di depan kontrakannya, saat ia melintasi jalan kulihat sepeda motor yang melaju kencang, ku peringatkan dia "Bang awas,.!" namun peringatanku terlambat,

 Namun peringtanku terlambat, dan Bang Guntur pun tertabrak oleh motor itu. Aku langsung terduduk lemas melihat kejadian itu, dalam hati ku berharap bang guntur tidak apa apa. Bang guntur pun dibawa ke rumah sakit oleh warga sekitar, aku pun langsung menyusulnya. Tak beberapa lama kemudian ibu pun menyusul kami ke rumah sakit. Aku bersukur ternyata kondisi bang guntur tidak terlalu parah, namun salah satu tulang kakinya patah yang mengharuskannya memakai tongkat untuk berjalan tapi masih bisa sembuh hanya saja memerlukan waktu yang cukup panjang. Kata dokter bang guntur sudah siuman dari pingsannya, aku dan ibu bergegas menemui bang guntur, saat kubuka pintu.
Aku dan ibu disambut dengan senyum manis dari bang guntur. Tak mampu menahan rasa rindu selama 5th, bang Guntur langsung kupeluk yang saat itu dia sedang terbaring di ranjang Rumah sakit. "Gun, maafkan abang ya,! telah membuatmu sedih," katanya dengan membalas pelukanku. Ku bantu bang gun guntur untuk duduk. "Bu, maafkan Guntur ya,.! Karena guntur keluarga kita menjadi seperti ini." pintanya pada ibu seraya mencium tangan ibu. "Iya gun, ibu sudah memaafkanmu, sebelum kamu meminta maaf." jawab ibu dengan memeluk bang guntur. Bebera hari kemudian bang guntur di perbolehkan untuk pulang. Sesampai dirumah kubantu bang guntur merapikan kamarnya "Bang,,!" panggilk "Hemm" jawabnya singkat. "Abang harus berjanji pada Guntur, untuk tidak seperti ini lagi, Janji..!!" kataku "Iya.., abang Janji..!! Udah bantuin abang dulu.!". Lambat laun kaki bang guntur mulai pulih dan ia pun mulai mencari pekerjaan. Kehidupan kami kembali seperti dulu lagi, saling menyindir, canda tawa bareng.. Pokoknya Seneng Deh..!! 


"TAMAT"



  1. salam blogger ..

    lagi cari temen sekota nih sis..sama" dari kediri nya ^^

    keep posting yah,

  1. hihihii... iya sist
    sama dari kedirinya.. :D
    blognya masih mentah bgt nih...

    ajarin ane dong sist... *mlipir

    situ sudah suhu kan??:D

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkunjung, Silahkan mencoretkan komentar atau kritik , saran kamu yaaa...

Makasiiiihhhh ^_^